Dikelas 9, biasanya kita menemukan materi tentang sastra angkatan 20 sampai 30an. Pada bab ini, kita akan mengenal adat atau kebiasaan pada tahun 20-30an. Novel angkatan 20an terkenal dengan sebutan Balai Pustaka, sedangkan novel angkatan 30an, terkenal dengan sebutan Pujangga Baru. Beberapa novel angkatan 20-30an yang terkenal, antaralain:
- Dian yang Tak Kunjung Padam (S. Takdir Alisjahbana)
- Anak Perawan di Sarang Penyamun (S. Takdir Alisjahbana)
- Azab dan Sengsara (Merari Siregar)
- Siti Nurbaya (Marah Roesli)
- Sengsara Membawa Nikmat (Tulis St. Sati)
- Salah Asuhan (Abdul Moeis)
- Dibawah Lindungan Ka'bah (Hamka)
- Salah Pilih (Nur St. Iskandar)
Dari beberapa contoh novel diatas, saya akan mengidentifikasi salah satu novel (Siti Nurbaya). Awalnya, saya mendapat tugas ini dari guru Bahasa Indonesia saya. Dan saya berfikir, mungkin saya dapat membantu kalian yang sedang pusing tentang tugas sastra 20-30an ini. Semoga membantu:)
MENGIDENTIFIKASI SASTRA ANGKATAN 20-30an
Sumber : Novel Siti Nurbaya, Marah Roesli, 1922
1. Mengidentifikasi kebiasaan, adat, dan etika pada novel Siti Nurbaya.
a. Kebiasaan:
1) Ia terbiasa memakai topi putih yang seringkali dipakai bangsa Belanda.
Bukti kutipan: "Topinya topi rumput putih yang biasa dipakai bangsa belanda"
2) Seorang gadis yang selalu mengenakan gaun terbuat dari kain batis dengan motif kembang
kembang berwarna merah jambu.
Bukti kutipan: "Gaunnya (baju nona-nona) terbuat dari kain batis yang berkembang merah jambu"
3) Orang zaman dahulu merokok dengan cara yang berbeda dengan orang-orang zaman sekarang.
Bukti kutipan: "Dekat putri ini duduk saudaranya yang bungsu, Sutan Hamzah sedang menggulung
rokok dengan daun nipah."
4) Orang padang saat berbicara seringkali menggunakan peribahasa yang penuh arti.
Bukti kutipan: "Akan tetapi sebab ia seorang yang 'pandai hidup' sebagai kata peribahasa Melayu,
selalulah rupanya seperti orang yang tak pernah kekuranagan.
5) Seorang istri di masyarakat padang merupakan hamba dari laki-laki dan laki-laki itu adalah tuannya
perempuan.
Bukti kutipan: "Bukankah laki-laki itu tuan perempuan dan perempuan itu hamba laki-laki? Tentu
saja mereka boleh berbuat sekehendak hatinya kepada kita; disiksa, dipukul, dan
didera dengan tiada diberi belanja yang cukup dan rumah tangga yang baik."
b. Adat/Budaya:
1) Jika akan melaksanakan proses perdukunan, hendaklah harus menyiapkan syarat-syaratnya.
Bukti kutipan: "Baiklah... Hamba mohon perasapan dan kemenyan serta air bersih secambung dan
sirih kuning tujuh lembar."
2) Di Padang, pernikahan dipandang sebagai perniagaan, laki-laki dibeli oleh perempuan, karna
perempuan memberi uang kepada laki-laki.
Bukti kutipan: "Perkawinan itu dipandang sebagai perniagaan, disini laki-laki dibeli oleh perempuan"
3) Di gunung Padang terdapat banyak kuburan, dan pada moment tertentu, tempat itu ramai dikunjungi
pendatang yang ingin mendoakan arwah yang telah pergi.
Bukti kutipan: " Memang digunung itu banyak kuburan, sedang dipuncaknya adalah sebuah makam,
didalam suatu gua batu, tempat yang berkaul dan bernazar. Sekali setahun, saat-saat \
\ akan masuk puasa pada waktu hari raya, penuhlah gunung itu dengan penziarah..."
4) Orang besar, penhulu/orang berpangkat tinggi yang memiliki istri lebih dari 1 sudah banyak, sebab
itulah adat di Padang, sebab dengan memiliki banyak istri, itu berarti dia meiliki banyak keturunan.
Bukti kutipan: "Sekalian penghulu di Padang ini beristeri 2,3, sampai 4 orang. Bukankah harus orang
besar itu beristri banyak?"
5) Saat ingin makan, sebelumnya harus menyiapkan makan terlebih dahulu dan bersikap seperti ada
yang sudah ada.
Bukti kutipan: ".... menyediakan makanan diatas tikar rumput yang telah dialas dengan kain putih,
terbentang di tengah rumah. Beberapa lama kemudian, duduklah Ahmad Maulana
makan dihadapi istrinya, sedang Alimah & Nurbaya duduk jauh sedikit dari sana...."
c. Etika/Moral:
1) Janganlah kamu bersenang-senang diatas penderitaan orang lain.
Bukti kutipan: "Tatkala ayahku telah jatuh miskin, pura-pura kau tolong Ia dengan meminjamkan
uang kepadanya, tetapi maksudmu yang sebenarnya hendak menjerumuskannya ke
jurang yang terlebih dalam, karena hatimu terlebih bengis daripada setan itu, belum
puas lagi."
2) Apabila ada tamu yang datang hendaknya kita menyediakan minuman dan makanan kecil.
Bukti kutipan: "Sementara itu segala kue-kue yang lezat rasanya, diedarkanlah, dibawa kepada
sekalian tamu. Demikian pula minum-minuman..."
3) Sebagai anak muda, hendaklah kita menghormati dan menghargai orang yang lebih tua.
Bukti kutipan: "Ah jangan Sam. Kasihanilah orang tua itu! Karena ia bukan baru sehari dua hari
bekerja pada ayahmu. melainkan telah bertahun-tahun. Dan belum ada ia berbuat
kesalahan apa-apa."
4) Jika sedang bermain dengan teman, sebaiknya kita menjaga tingkah laku.
Bukti kutipan: "Baiklah, tetapi hati-hati engkau menjaga dirimu dan si Nurbaya! Janganlah engkau
berlaku yang tiada senonoh!"
5) Jika orang tua kita sedang berbincang dengan tamu, dan kita tidak berkepentingan, sebaiknya kita
masuk dan tidak perlu mendengarkan pembicaraan mereka.
Bukti kutipan: "Kemudian masuklah ia kedalam biliknya. Rupanya ia mengerti bahwa orangtuanya
itu sedang memperbnincangkan hal yang tak boleh didengarnya."
2. Membandingkan tradisi pada novel Siti Nurbaya dengan kehidupan zaman sekarang.
Sebagian tradisi yang ada pada novel tersebut, masih berlangsung hingga saat ini, namun sangatlah jaranh.
Dizaman yang modern ini, beberapa tradisi daerah sudah ditinggalkan.
Contoh : Orang zaman dahulu merokok dengan cara yang berbeda dengan orang-orang zaman sekarang.
Bukti kutipan: "Dekat putri ini, duduk saudaranya yang bungsu, Sutan Hamzah sedang menggulung
rokok dengan daun nipah.
3. Menemukan ciri-ciri novel Siti Nurbaya (novel angkatan 20-an)
Ciri-ciri novel tersebut, antaralain;
- Menggambarkan tema pertentangan faham antara kaum muda dan kaum tua, soal perkawinan paksa,
pertentangan adat, dll.
- Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan.
- Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi menggunakan
bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama.
- Puisinya berupa syair dan pantun.
- Isi karya sastranya bersifat didaktis.
- Alirannya bercorak romantis.
- Masih adanya adat-adat Melayu.